Labuan Bajo merupakan pelabuhan kecil yang cantik di ujung paling barat Pulau Flores dan jadi pintu masuk ke Taman Nasional Komodo (Tnk). Wilayah ini menawarkan pemandangan spektakuler ketika pulau-pulau kecil yang menghadap ke siluet pelabuhan menciptakan pengaruh yang bagus. Mayoritas penduduk di area ini bermata pencaharian sebagai petani bersama hasil pertanian primer adalah kopi, kemiri, kakao dan kelapa.
Tak hanya tersebut, Labuan Bajo juga menawarkan beraneka wisata alam dan budaya yang patut dikunjungi. Untuk menaikkan jumlah wisatawan yang singgah, beraneka fasilitas konsisten dibenahi layaknya hotel berbintang, agen perjalanan, operator selam, sewa kapal labuan bajo , live on board ke Taman Nasional Komodo atau pergi menyelam di perairan yang masih murni. Atau sanggup juga anda singgah ke Pulau Padar, keliru satu pulau paling populer di dekat Labuan Bajo.
Apalagi, Kamu bisa menyewa mobil untuk mampir ke pedalaman Flores, Gunung Kelimutu dan Maumere. Kamu pun terus mampu membeli oleh-oleh di toko-toko cenderamata di Jalan Yos Sudarso, Labuan Bajo, di mana akan ditemukan kain ikat lokal dan kain songket tenun, patung kayu komodo, dan juga pedagang asongan yang menjual kalung budidaya mutiara yang gagal jadi cenderamata latif.
Wilayah Primer Labuan Bajo
Wilayah Labuan Bajo meliputi Kampung Ujung, Kampung Sedang, Kampung Air, Lamtoro, Wae Kelambu, Wae Medu, Wae Kesambi, Cowang Dereng, Wae Bo, Lancang, Sernaru, Wae Mata, Pasar Baru, Gede, dan Gorontolo.
Sejarah Labuan Bajo
Sejarah Labuanbajo dimulai berasal dari kedatangan orang Bugis/Badjo di daratan Flores, tepatnya di pantai area Gorontalo. Akhirnya, mereka menetap di tepi pantai membentuk kebudayaan maritime. Menurut orang-orang Labuan Bajo, berlangsung perselisihan area pemukiman dan pada akhirnya tempat pemukiman mulai bergeser dan berkembang di Labuan Bajo sekarang ini. Oleh dikarenakan tersebut, sebutan Bajo diambil berasal dari kata Badjo yang merupakan suku pengembara lautan yang udah lumayan dikenal.
Labuan Bajo konsisten berkembang sebagai kota wisata, berbenah diri berasal dari peradaban maritim tradisional sebagai nelayan ke industri pariwisata berasal dari yang kecil-kecilan hingga yang besar. Berasal dari diveshop hingga usaha perhotelan berskala besar dan kecil dan juga usaha warung makan dan restoran bermacam kelas.
Kota ini juga berkembang sebagai kota transit dan kota pelabuhan yang jadi pintu masuk berasal dari Sape, Nusa Tenggara Barat ke daratan Flores, Nusa Tenggara Timur.
Warga Bajo menganut Islam yang udah diwariskan turun-temurun meski ratusan year warga Bajo tinggal di antara masyarakat Kristen. Mereka terus mempertahankan bukti diri diri sebagai orang yang taat sholat lima selagi dan berpegang teguh terhadap keyakinan yang diwariskan kepada mereka semenjak nenek-moyangnya.
Suku Bajo juga terkenal benar-benar menghormati adat istiadat rakyat setempat dan selalu mempertahankan kerukunan bersama dengan. Mereka sanggup bertahan di bidang ekonomi, sosial dan budaya sebab persatuan dan kesatuan yang dibangun di antara mereka.