Kamu Harus Tau 3 Penyusun Kamus Legendaris Ini

Selain ensiklopedia, buku referensi lain yang dianggap penting adalah kamus. Menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) kamus adalah buku referensi yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad beserta keterangan tentang arti, penggunaan, atau terjemahannya.

Makna kamus lainnya adalah buku yang berisi kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad, serta penjelasan arti dan penggunaannya.

1. W.J.S. Poerwadarminta

KBBI merupakan penyempurnaan dari buku yang sama, Kamus Umum Indonesia (KUBI) karya W.J.S. Poerwadarminta. Wilfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta, adalah nama lengkapnya. Poerwadarminta (12 September 1904-28 November 1968) dianggap kamus atau leksikograf terbaik di Indonesia. Ia telah menghasilkan banyak kamus, seperti Kamus Indonesia-Inggris. Namun, karyanya yang paling fenomenal adalah KUBI. KUBI pertama kali dicetak pada tahun 1953 oleh Perpustakaan Kementerian PPK.

Selanjutnya diambil alih oleh Aula Perpustakaan. Selama bertahun-tahun KUBI telah beberapa kali dicetak ulang, sebelum akhirnya disaring menjadi KBBI. Poerwadarminta juga dikenal sebagai tokoh sastra. Dalam tulisannya, ia menggunakan nama samaran Ajirabas, yang merupakan kebalikan dari nama Sabarija.

Poerwadarminta menjadi seorang guru. Buku pertamanya adalah Mardi Kawi (1930), sedangkan kamus pertamanya, Kawi Djarwa (1931). Menurut Wikipedia, dia pernah dinominasikan untuk menerima gelar Honoris Causa, tetapi ditolak. Akhirnya, pemerintah memberinya gelar Satya Badge of Culture (1969). Posisi terakhir adalah pegawai Lembaga Penelitian Bahasa dan Budaya.

2. Wojowasito

Tokoh lain yang dikenal dengan nama leksikografer adalah S. Wojowasito. Ia saat ini menjadi dosen di Universitas Negeri Malang. Saya mencari di internet tetapi tidak ada bio-nya. Namun dari salah satu bukunya, Kamus Kawi-Indonesia, diketahui ia lulus dari AMS pada tahun 1939. Pada tahun 1950-1954 ia menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tahun 1955-1964 menjadi dosen di FKIP Malang. Kemudian pada 1973-1974, ia menjadi profesor tamu di University of Michigan, AS.

Ingin memperdalami kosa kata diberbagai bahasa Internasional & Daerah? Bisa kunjungi situs maknaa pada tautan tersebut.

Selain kamus, Pak Wojowasito juga menulis Sejarah Budaya Indonesia dan Kalimat Struktural. Bahkan Pak Wojowasito juga dikenal sebagai ahli budaya. Pak Wojowasito pernah menulis kamus dengan Pak Poerwadarminta. Menurut catatan Worldcat Identities OCLC, serta situs Kementerian Sastra Indonesia UNM, semasa hidupnya Wojowasito telah menulis 52 buku / kamus serius dan 218 karya ilmiah lainnya yang diterbitkan dalam sembilan bahasa. Karya-karyanya dikumpulkan oleh 835 perpustakaan di berbagai negara di dunia.

3. Hassan Shadily

Nama ketiga yang terkait dengan kamus tersebut adalah Hassan Shadily. Ia lahir pada 20 Mei 1920 dan meninggal pada 10 September 2000. Bersama John M. Echols, Hassan berhasil menyusun Kamus Indonesia-Inggris dan Kamus Inggris-Indonesia. Kedua kamus tersebut telah dicetak ulang beberapa kali.

Saat menerima beasiswa Fullbright, Hassan Shadily mengambil gelar master di bidang sosiologi dari Cornell University (1952-1955). Di sini, Hassan bertemu dengan John M. Echols, yang mengundangnya untuk berpartisipasi dalam proyek pengembangan kamus Indonesia-Inggris yang sedang berlangsung.

Dua leksikograf, seperti tribunnews.com, memproduksi buku Kamus Bahasa Indonesia-Inggris yang diterbitkan oleh Cornell University Press pada tahun 1961. Setelah Kamus Inggris-Indonesia pada tahun 1975. Kedua buku tersebut kemudian diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Indonesia sebagai Kamus Indonesia- Kamus Inggris dan Inggris-Indonesia sejak 1976. Beberapa revisi telah dibuat untuk kedua kamus. Ini adalah cerita pendek dari tiga penyusun kamus legendaris yang harus Anda ketahui. Tidak tahu, jadi jangan cinta.