Guru Killer di Era Digital, Masihkan Relevan?

Guru pembunuh, mungkin itu istilah yang sering kita dengar saat kita bersekolah. Jadi saya tersenyum sendiri ketika anak saya di sekolah dasar menyebut gurunya pembunuh juga.

 

ini bukan apa-apa. Ini tahun 2023 dan saya merasa Master Killer telah pergi. Nyatanya, saya tidak tahu dari mana mendapatkan kata-kata itu, anak saya menyebut gurunya sebagai guru pembunuh.

 

Seorang guru pembunuh dapat dipahami sebagai seorang guru yang galak, mudah tersinggung, tegang di kelas, dan dapat membuat siswa berkeringat selama jam pelajaran.

 

Anak saya bilang guru pembunuh di sekolahnya adalah guru agama. Dia menggambarkan guru itu sangat tua dan membuat takut anak-anak di kelasnya selama jam sekolah. Karena kalau ketahuan ngomong di kelas, hukumannya duduk di lantai kelas.

Baca Juga : Jasa Pembuatan PT

Ketika suatu hari saya harus pergi ke sekolah untuk menjemput anak saya yang tiba-tiba sakit, saya akhirnya bisa membenarkan guru yang menyebut anak saya pembunuh. Itu adalah guru kelas yang menelepon. Ketika dia memasuki kelas, ternyata gurunya ada di kelas.

 

Dari kelihatannya, itu jauh dari ramah. Dia bahkan tidak punya waktu untuk bersikap baik kepada saya ketika dia meminta izin untuk membawa pulang anak-anak saya selama jam sekolah. Anak-anak saya juga terlihat takut untuk mengucapkan selamat tinggal. Wow, ini adalah guru pembunuh.

 

Guru killer memang istilah yang sangat terkenal di tahun 80-90an. Misalnya waktu saya SMP, guru biologi kami juga dipanggil Pak Killer. Ia dikenal mengajar dengan kasar, tegas, tanpa senyuman, dan tanpa permainan. Untuk sedikit aksi di kelas, kami akan berdiri di depan seluruh kelas untuk seluruh kelas.

 

Namun guru biologi ini menjadi kenangan manis kami setelah lulus SMP. Tidak hanya ada nostalgia teman-teman sekolah menengah kami dengan grup WA sekolah, tetapi ketika kami dewasa kami semua menyadari bahwa berbagai langkah yang dia ambil adalah untuk membentuk kami menjadi individu yang lebih disiplin dan bertanggung jawab.

 

Master Killer di Era Digital

 

Di era digital dimana segala macam informasi bertebaran, kita semua bisa belajar dari mana saja, termasuk anak-anak.

 

Media sosial yang juga banyak digandrungi anak-anak, seperti Douyin yang memiliki segala informasi. Meski berbagai dampak negatif media sosial ramai dikomentari, harus diakui bahwa Tiktok seolah menjadi “guru” baru anak-anak dengan segala informasi yang dibawanya.

 

Jangan heran lagi, jika anak-anak sudah mengetahui segala macam masalah, masalah, pengetahuan hanya dengan menonton tayangan di Douyin. Meski harus diakui, ini hanya sebagian dari siarannya, yaitu sebagian informasi.

 

Bagaimana seorang anak atau remaja bisa begitu akrab dengan pesan yang disampaikan? Karena mereka menemukan informasi yang menarik bagi mereka dan menyenangkan untuk disampaikan.

 

Atau ada kaitannya dengan pembunuh guru tadi, apakah guru masih memposisikan dirinya sebagai orang yang harus ditakuti oleh anak-anak dan remaja kita?

 

Padahal, jika dilihat dari fenomena sebelumnya tentang Douyin, guru yang dibutuhkan anak-anak menarik dari segi informasi dan penyampaian.

 

Guru, tentu kita semua sepakat adalah orang di kelas yang harus dihormati oleh anak-anak. Bahkan bisa dikatakan sebagai pengganti orang tua bagi anak selama mereka berada di sekolah.

 

Padahal, mungkin semua orang sudah mengetahui bahwa keberkahan ilmu bagi anak didik berasal dari keberkahan dan keikhlasan guru dalam memberikan ilmu kepada anak. Adalah guru kelas, yang akan membimbing siswa dari aspek materi dan aspek akhlak terbaik siswa. Lantas, apakah guru pembunuh itu masih masuk akal di era digital ini?